Sabtu, 27 Agustus 2011

negosiasi dengan pemilik lahan

TIDAK HARUS JADI
Kita Yang Pegang Kendali
Oleh : Ari Wibowo
Sebidang tanah memanjang ditepi jalan menarik hasrat saya. Sungguh menggoda. Sisi yang berhimpit jalan ada kisaran 40 m dengan kedalaman hampir 25 m. Terbayang minimal 10 unit ruko bisa dibangun.
Lokasinya ramai. Dekat dengan sekolahan dan terminal bus. Dan tentu saja ditengah pemukiman yang padat.
Ada spanduk dan board sebuah agen properti. Saat saya kontak, saya dapat info harganya Rp 1,2 jt/m2. Menurut estimasi saya, seharusnya harga normal kisaran Rp 1 jt/m2.
Saya minta pada broker agar diatur waktu ketemu pemilik, supaya saya bisa melakukan nego.
OPSI A
Ingat prinsip # 1 yang saya yakini;
Boleh beli cash asal harganya jauh dibawah pasar, yaitu 50 – 60%. Berani menawar cash menunjukkan kita bonafid.
Maka saya ajukan penawaran Rp 600rb/m2.
OPSI B
Ingat prinsip # 2 yang saya yakini;
Boleh bayar pakai DP max 20%, asal sisanya dibayar panjang. Pakai asumsi penjualan yang konservatif atau pesimis. Pelunasan dilakukan di bulan terakhir estimasi umur proyek kita.
Maka saya ajukan penawaran Rp 1 jt/m2. Dengan DP 20% sisa dilunasi di bulan ke 12 sejak siteplan disahkan dan IMB terbit.
Catatan; timer dihitung sejak siteplan dan IMB terbit, bukan sejak DP dibayar.
OPSI C
Ingat prinsip # 3 yang saya yakini;
Bayar sesuai luas kavling terjual. Tanpa DP. Tapi mesti rela membagikan potensi laba kisaran 10 s/d 35%. Hot deal istilah kita.
Pemilik yang didampingi broker menjawab; “Maaf saya hanya bersedia dibayar tunai keras. Skim lain tidak bisa … Saya turunkan harga menjadi Rp 1,1 jt/m2.”
Saya menolak. Gagal deal.
Besoknya broker menelpon;
Pak AW, pemilik bersedia menurunkan harga menjadi Rp 1 jt/m2.
Saya menolak.
Lusanya broker menelpon lagi;
Kabar bagus pak AW, pemilik bersedia turun lagi menjadi Rp 900.000/m2.
Saya menolak. Broker komplain;
Pak AW ini serius atau tidak menawar lahan? Pemilik tanah sudah turun harga sampai 3x, bapak tidak mau menaikkan harga penawarannya.
Kalau mau harga bagus, pilih opsi B atau C saja, jawab saya.
Harusnya bapak naik dong penawarannya, supaya bisa jadi. Ketemu di tengah tengah, broker mengusulkan.
Tidak harus jadi pak. Saya menunggu di angka Rp 600.000/m2, jawab saya santai.
Brokernya sebel dan mengomel; Dasar tidak bonafid, kata dia.
Biarin. Emang gue pikirin? Hehe …
Tak ada aturannya semua transaksi harus jadi. Kita mesti pegang kendali. Tidak harus jadi koq.
http://www.enterpreneuruniversity.net/negosiasi-dengan-pemilik-lahan/

bisnis tipat cantok

''Tipat Cantok'', Kuliner Populer di Kalangan ABG

Denpasar (BisnisBali) – Tipat cantok adalah penganan khas Bali . Kini makanan tersebut populer, khususnya di kalangan anak baru gede (ABG). Betapa tidak isian menu komplit dengan harga jual yang terjangkau, membuat kalangan ABG ini memilih tipat cantok sebagai pilihan utama saat melewatkan momen makan siang bersama.

‘'Selama ini kalangan anak sekolah, dominan yang datang kemari. Biasanya pilihan mereka (konsumen) tertuju pada sajian tipat cantok dan rujak ,” tutur Puspa Dewi, pebisnis kuliner tradisional di Denpasar, Kamis (28/1) lalu.

Lebih lanjut, terangnya, meski banyak sajian kuliner tradisional daerah lain rambah Bali dan juga kuliner dari negara lain yang ditawarkan kalangan hotel dan restoran, namun kondisi tersebut tidak banyak berpengaruh pada menurunnya sajian kuliner khas Bali di masyarakat lokal. Sebut saja tipat cantok , menurutnya, penganan ini justru peminatnya kian bertambah. Bahkan, konsumennya malah ada yang bukan asli Bali .

Jelas Puspa, buka dari pukul 9.00 Wita hingga malam rata-rata transaksi tipat cantok ini bisa mencapai 80 porsi per hari. Tetap populernya sajian tipat cantok , katanya, disebabkan cita rasa sajian ini sesuai dengan permintaan pasar yang menonjolkan rasa gurih dan manis, di mana cita rasa tersebut juga disukai kalangan masyarakat dari luar daerah yang tinggal menetap di Bali .

Lanjutnya, isian tipat cantok sendiri merupakan campuran sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu. Kemudian ditambah dengan bumbu atau saus dari kacang tanah yang dihaluskan disertai irisan telur dan di atasnya ditaburkan bawang goreng maupun sedikit kerupuk. Selain itu, tambahnya, tipat cantok biasanya dimakan bersama dengan lontong sebegai pelengkap yang utama.

‘'Cukup komplit memang, sebagai pilihan menu untuk makan siang. Selain itu, tipat cantok jadi hidangan yang murah meriah karena harganya cuma Rp 5.000 per porsi,” ujarnya.

Putu Wira, pebisnis sejenis lainnya juga mengungkapkan hal sama. Kata dia, kepopuleran tipat cantok sekaligus juga menjadi peluang bisnis untuk dilakoni. Tidak heran, karena alasan itu juga sejumlah kalangan restoran maupun hotel sengaja menyajikan sajian tipat cantok ini sebagai salah satu pilihan yang ditawarkan ke konsumen saat ini.

‘'Terpenting pemilihan dan penggunaan sayuran yang segar, dan dengan kondisi yang baik selalu diperhatikan, sehingga potensi pasar yang ada ini tetap terjaga dengan baik,” tandasnya. *man







PENGANAN - Tipat cantok jadi penganan favorit di kalangan ABG.



Analisa Ekonominya Usaha Tipat Cantok:



Asumsi

1. Masa pakai gerobak 3 tahun

2. Masa pakai perlatan masak, meja, dan kursi 2 tahun

3. Masa pakai perlatan makan, cobek, dan ulekan 1 tahun

a.Biaya investasi

Gerobak Rp. 2.000.000

Peralatan masak Rp. 500.000

Peralatan makan Rp. 150.000

Meja dan kursi Rp. 350.000

Cobek dan ulekan Rp. 100.000

Total investasi Rp. 3.100.000

b. Biaya operasional per bulan

1. Biaya tetap

Penyusutan gerobak 1/36 x Rp.2.000.000 Rp. 55.600

Penyusutan peralatan masak 1/24 x Rp. 500.000 Rp. 20.800

Penyusutan peralatn makan 1/12 x Rp. 150.000 Rp. 12.500

Penyusutan meja dan kursi 1/24 x Rp. 350.000 Rp. 14.600

Penyusutan cobek dan ulekan 1/12 x Rp.100.000 Rp. 8.300

Upah karyawan 1 orang Rp. 750.000

Total biaya tetap Rp. 861.800

2. Biaya variabel

Sayuran, tahu tempe (Rp.150.000/hari x 30 hari) Rp. 4.500.000

Kacang tanah (5 kg x Rp.12.000/kg x 30 hari) Rp. 1.800.000

Bumbu (cabai, terasi, dan guma merah)

Rp. 20.000/hari x 30 hari) Rp. 600.000

Cuka (Rp.8.000/minggu x 4 minggu) Rp. 32.000

Lontong (Rp.50.000 x 30 hari) Rp. 1.500.000

Kertas dan plastic (Rp.10.000/hari x 30 hari) Rp. 300.000

Air mineral Rp. 20.000/minggu x 4 minggu) Rp. 80.000

Transportasi (Rp.5.000/hari x 30 hari) Rp. 150.000

Gas isi 3 kg (1 tabung x Rp.13.000/tbng x 30 hr) Rp. 390.000

Total biaya variable Rp. 8.812.000

Total biaya operasional Rp. 9.673.800

c. Penerimaan per bulan

Gado-gado Rp.5.000/porsi x 80 porsi x 30 hari Rp. 12.000.000

d. Keuntungan per bulan

Keuntungan = Total penerimaan-total biaya operasional

= Rp. 12.000.000-Rp. 9.673.800 = Rp. 2.326.200 e. Revenue Cost Ratio (R/C)

R/C = Total penerimaan:Total biaya operasional

= Rp.12.000.000 : Rp.9.673.800 = 1,24

f. Pay Back Period

Pay back period = (Total biaya investasi:keuntungan x 1 bulan)

= (Rp. 3.100.000 : Rp. 2.326.200) x 1 bulan= 1,33 bulan.* berbagai sumber